Sabtu, 06 Oktober 2012

Ungkapan Istilah TONTEMBOAN

UNGKAPAN/ISTILAH TONTEMBOAN
·         “Sumolo”
Peristiwa budaya (bersifat ritual) yang dilakukan pada saat rumah baru selesai dibangun.

·         “Rai Paar Katilau”
Bagi orang Minahasa "Rai Paar Katilau" atau jangan mau ketinggalan ini merupakan nilai budaya yang menjadi pedoman kehidupan yang dijalankannya.

·         "Lama Asi Kakele Tow"
Kata atau ungkapan yang mengandung pengertian setia, taat dan mengasihi sesama manusia. Kata atau ungkapan tersebut mempunyai makna yang bersifat moral, bahwa manusia dalam kehidupannya harus mengasihi sesama manusia.

·         "Maan Matulengka Mokan Uleluwekan Taan Maleo-leosan"
Dalam Bahasa Indonesia berarti biar lesung padi sudah tidak terpakai lagi akibat paceklik tetapi tetap berbaik-baiklah. Makna ungkapan tersebut, menunjukkan bahwa dalam keadaan apapun manusia harus saling memelihara hubungan baik diantara sesamanya, yaitu harus dapat menjaga hubungan balk dengan siapapun, walau dalam keadaan susah atau paceklik. Jadi bukan berarti hubungan akan berlangsung hanya dalam keadaan senang atau gembira saja, hubungan hendaknya tetap berlangsung dalam keadaaan susah sekalipun. Ungkapan ini seringkali diingatkan oleh orang tua kepada anaknya yang baru menikah. Dengan maksud menasehati anak agar berbaik¬baik dalam rumah tangga bukan hanya pada waktu senang saja, tetapi juga pada waktu sedang susah.

·         "Baya Papayangaen Satanu Toro Patuhlah"
Ungkapan tersebut berarti semua usaha atau pekerjaan diharapkan sesuai dengan aturan yang berlaku.

·         ‘’Sa kita esa sumerar kita, sa kita sumerar esa kita’’
Maksudnya: ‘’Jika kita satu, baiklah kita menyebar. Jika kita menyebar, tetapi kita adalah satu.

·         ‘’Se Tou Lumo’ok’’
Artinya orang-orang yang menjangkau ke depan.

·         “Mapalus”
Merupakan suatu institusi warisan leluhur di tanah Toar and Lumimu'ut (sebuah sebutan bagi daerah Minahasa) yang orientasi aktivitasnya didasarkan pada falsafah hidup masyarakat Minahasa yaitu Si Tou Timou Tumou Tou. Mapalus sebagai modal sosial adalah salah satu factor penentu percepatan pembangunan yang esensial dengan sistem kerjasama yang baik dengan asumsi pokok bahwa setiap individu akan memberikan kontribusi yang significant terhadap produk kelompok. Maka: Masyarakat selalu siap membantu satu dengan yang lain.

·         “Mawalak”
Artinya membahagi tanah sesuai banyaknya cabang keturunan.
·         “Muntu-Untu”
Istilah pemimpin yang tertinggi. Kira-kira 1000 tahun sebelum masehi orang Minahasa yang berbudaya Malesung telah mengenal pemerintahan yang teratur dalam bentuk kelompok Taranak secabang keturunan misalnya turunan opok Soputan, Makaliwe, Mandei, Pinontoan, Mamarimbing. Pemimpin tertinggi mereka adalah yang bergelar Muntu-Untu, yang memimpin musyarah di Watu Pinwetengan pada abad ke–7.
Ada tiga nama dotu Muntu-Untu dalam legenda Minahasa yakni Muntu-Untu abad ke-7 asal Toungkimbut (Tontemboan). Muntu-Untu abad 12 asal Tonsea - menurut istilah Tonsea -. Dan Muntu-Untu abad 15 jaman Spanyol berarti ada tiga kali musyawarah besar di Batu Pinawetengan untuk berikrar agar tetap bersatu.

Sumber:
Ernayanti Sriwigati Endang, dkk, 2004, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Deputi Bidang Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan, Asdep Urusan Hubungan Antar Budaya.
Wikipedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar