UNGKAPAN/ISTILAH TONTEMBOAN
·
“Sumolo”
Peristiwa budaya (bersifat ritual)
yang dilakukan pada saat rumah baru selesai dibangun.
·
“Rai Paar Katilau”
Bagi orang Minahasa "Rai Paar
Katilau" atau jangan mau ketinggalan ini merupakan nilai budaya yang
menjadi pedoman kehidupan yang dijalankannya.
·
"Lama Asi Kakele Tow"
Kata atau ungkapan yang mengandung
pengertian setia, taat dan mengasihi sesama manusia. Kata atau ungkapan
tersebut mempunyai makna yang bersifat moral, bahwa manusia dalam kehidupannya
harus mengasihi sesama manusia.
·
"Maan Matulengka Mokan Uleluwekan Taan Maleo-leosan"
Dalam Bahasa Indonesia berarti biar
lesung padi sudah tidak terpakai lagi akibat paceklik tetapi tetap
berbaik-baiklah. Makna ungkapan tersebut, menunjukkan bahwa dalam keadaan apapun
manusia harus saling memelihara hubungan baik diantara sesamanya, yaitu harus
dapat menjaga hubungan balk dengan siapapun, walau dalam keadaan susah atau
paceklik. Jadi bukan berarti hubungan akan berlangsung hanya dalam keadaan
senang atau gembira saja, hubungan hendaknya tetap berlangsung dalam keadaaan
susah sekalipun. Ungkapan ini seringkali diingatkan oleh orang tua kepada
anaknya yang baru menikah. Dengan maksud menasehati anak agar berbaik¬baik
dalam rumah tangga bukan hanya pada waktu senang saja, tetapi juga pada waktu
sedang susah.
·
"Baya Papayangaen Satanu Toro Patuhlah"
Ungkapan tersebut berarti semua usaha
atau pekerjaan diharapkan sesuai dengan aturan yang berlaku.
·
‘’Sa kita esa sumerar kita, sa kita sumerar esa kita’’
Maksudnya: ‘’Jika kita satu, baiklah
kita menyebar. Jika kita menyebar, tetapi kita adalah satu.
Artinya orang-orang yang menjangkau ke
depan.
·
“Mapalus”
Merupakan suatu institusi warisan
leluhur di tanah Toar and Lumimu'ut (sebuah sebutan bagi daerah Minahasa)
yang orientasi aktivitasnya didasarkan pada falsafah hidup masyarakat Minahasa
yaitu Si Tou Timou Tumou Tou. Mapalus sebagai modal sosial adalah salah satu
factor penentu percepatan pembangunan yang esensial dengan sistem kerjasama
yang baik dengan asumsi pokok bahwa setiap individu akan memberikan kontribusi
yang significant terhadap produk kelompok. Maka: Masyarakat selalu siap
membantu satu dengan yang lain.
·
“Mawalak”
Artinya membahagi tanah sesuai
banyaknya cabang keturunan.
·
“Muntu-Untu”
Istilah pemimpin yang tertinggi.
Kira-kira 1000 tahun sebelum masehi orang Minahasa yang berbudaya Malesung
telah mengenal pemerintahan yang teratur dalam bentuk kelompok Taranak secabang
keturunan misalnya turunan opok Soputan, Makaliwe, Mandei, Pinontoan,
Mamarimbing. Pemimpin tertinggi mereka adalah yang bergelar Muntu-Untu, yang
memimpin musyarah di Watu Pinwetengan pada abad ke–7.
Ada tiga nama dotu Muntu-Untu dalam
legenda Minahasa yakni Muntu-Untu abad ke-7 asal Toungkimbut (Tontemboan).
Muntu-Untu abad 12 asal Tonsea - menurut istilah Tonsea -. Dan Muntu-Untu abad
15 jaman Spanyol berarti ada tiga kali musyawarah besar di Batu Pinawetengan
untuk berikrar agar tetap bersatu.
Sumber:
Ernayanti Sriwigati Endang, dkk, 2004, Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata, Deputi Bidang Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan, Asdep Urusan
Hubungan Antar Budaya.
Wikipedia