BURUNG TAUN DAN BURUNG NGULNGUL
Berabad – abad yang lalu kehidupan binatang
sangat bebas. Mereka berada di alam semesta dengan riang gembira.Tidak ada rasa
takut.Mereka dapat berkeliaran ke mana saja dan di mana saja.Di darat, di laut,
dan di udara mereka hidup aman.Hal ini dapat dipahami karena daging, cula,
kulit, bahkan seluruh bagian tubuh mereka belum diambil untuk bahan makanan,
bahan pakaian, dan aneka hiasan.Mereka masih merupakan dambaan keindahan dan
keseimbangan alam untuk manusia. Mereka merasa dilindungi manusia dan tidak merasa
akan punah.
Dari sekian banyak binatang yang beterbangan
di alam luas dan langit biru, terdapatlah burung taun dan burung bayan.Burung
taun berbadan besar dan berbulu hitam.Sayapnya hitam bercampur putih.Ekornya
berbulu panjang.Pada paruhnya terlihat garis sesuai dengan umurnya.Suaranya
nyaring serak – serak basah.Sebaliknya, burung bayan bertubuh kecil.Bulunya
sangat menarik karena berbulu kelabu.Pada paruh atas yang berbentuk topi
terdapat mahkotanya (jambul).Suaranya merdu meskipun tidak nyaring.
Kedua burung ini bersahabat.Mereka hidup di
hutan, di tanah tinggi, maupun di paya – paya.Mereka hinggap berdekatan,
terbang bersama, dan mencari makan bersama pula.Itulah yang sangat menarik hati
melihat kahidupan kedua burung itu.
Pada suatu hari mereka melanglang buana
menghirup udara segar melewati pepohonan besar dan kecil. Mereka ingin
menyaksikan tumbuhan yang menghijau, memerah, menguning, bahkan yang berbunga
beraneka warna.Sepanjang perjalanan, sesekali mereka bernyanyi dengan irama dan
nada yang berbeda.Sungguh indah ciptaan alam ini.
Setelah jauh berjalan, mereka pun hinggap di
sebuah pohon.Pohon itu tumbuh subur, lebat daunnya, dan rindang.Nama pohon itu
pohon beringin.Burung taun pun memulai percakapan dan bertanya kepada burung
bayan, “Bolehkah aku meminjam topimu?Sebenarnya, sudah lama aku menginginkan
topi mahkotamu.Setiap kali bila aku mau mengatakannya selalu saja rasa maluku
timbul.Topimu akan kupinjam sehari, jadi besok akan kukembalikan.”
“Akan ke manakah engkau?” tanya burung bayan.
“Oh, aku hanya ingin pesiar,” jawab burung
taun.
“Kalau demikian, boleh saja.Dekatkanlah kepalamu,” kata burung
bayan.Burung bayan langsung mencabut mahkotanya dan melekatkan serta
memasangkan mahkotanya secara rapi di atas kepala burung taun.
“Ya, sudah bagus,” kata burung bayan, “engkau
kelihatan lebih perkasa.”
Tiba – tiba burung taun mengepak – ngepakkan
sayapnya dan terbang.Tinggallah burung bayan di dahan pohon beringin itu.Timbul
rasa curiga dalam hatinya, “Mungkinkah aku ditipu burung taun? Ah, tentu tidak!
Bukankah kita sudah lama bersahabat.”Akan tetapi, rasa waswas selalu mengusik
hatinya.
Dua hari sudah berlalu, tetapi burung taun
belum kembali.Hal ini sangat menyedihkan burung bayan.Dia menangis karena tidak
tahan menahan sedih.
“Nguul… nguul, nguul. Uuu! Uuuu, topiku!”
tangis burung bayan.
Akhirnya, dia pergi ke pengetua hutan untuk
melaporkan kesedihannya.Dengan kepala tanpa mahkota, burung bayan berangkat ke
tangah hutan di mana pengetua hutan berada.Dia melihat banyak ular merayap di
cabang – cabang pohon. Burung bayan berpikir bahwa ia pintar terbang, pasti
ular – ular itu tidak dapat menggigitnya. Ular – ular itu ada yang berbisa,
tetapi banyak pula yang tidak berbahaya dan tidak berbisa.Pada umumnnya ular
bergerak dengan mengerutkan otot di kedua sisi tulang belakangnya secara
bergantian.Ini yang menyebabkan gerak tubuhnya berombak – ombak.
Setelah jauh terbang, sampailah burung
bayan ketempat tinggal pengetua hutan. Dia melaporkan apa yang sudah terjadi
pada dirinya gara – gara burung taun. Pengetua hutan sangat marah atas tindakan
burung taun.Kemudian, burung taun dipanggil menghadap pengetua hutan.Si nakal,
burung kleak berwarna putih atau hijau, bertugas memanggil burung taun.Burung
kleak ini selain nakal, juga sangat ribut.Dia suka sekali memakan papaya dan
pisang.
Begitu kleak terbang berbunyilah dia, “Eak,
eak, eak ….” Tidak berapa lama, tibalah kleak di tempat tinggal burung taun.Burung
kleak berkata, “Hai teman, kamu dipanggil pengetua hutan.Kamu harus datang
sekarang juga, tidak boleh ditunda.”
Lalu, burung tuan terbang bersama burung
kleak. Setelah tiba di hadapan ketua, burung taun pun diadili.Pengetua
bertanya, “Manakah mahkota burung bayan yang kaupinjam beberapa hari yang
lalu?”Sambil memegang mahkota yang ada di kepalanya, burung taun menjawab, “Ini
pengetua, tetapi sudah tidak bias dicabut lagi karena sudah menyatu dengan
paruhku. Jika dipaksa untuk ditanggalkan, matilah aku.”Macam – macam alasan
dikemukakan burung taun agar mahkota itu tetap menjadi miliknya.
Pengetua hutan berkata, “Kalau demikian,
biarlah mahkota itu untukmu.Tetapi, ini suatu perbuatan tidak
terpuji.Perbuatanmu sangat jahat.Kau perdaya burung bayan.Dia meminjamkan
kepadamu dengan harapan dikembalikan, tetapi ternyata kau sudah berbohong
kepadanya.Dia sangat sedih atas perbuatanmu itu.Perbuatan baik burung bayan kau
balas dengan perbuatan tidak baik.Pinjaman harus dikembalikan.”
Burung taun hanya mengangguk – anggukan
kepala.Kemudian, dia berkata, “Ampun pengetua hutan, ampuni aku.Ampuni aku juga
burung bayan.Aku siap menunggu keputusan pengetua hutan.Sebenarnya, aku juga
sedih dan menyesal, tetapi topi mahkota ini tidak dapat ditanggalkan
lagi.Biarlah kita dengar keputusan pengetua saja.”
Kemudian, pengetua hutan berkata, “Topi
mahkota itu tetap untuk burung taun karena tidak cocok lagi untuk burung
bayan.”
Burung bayan segera menangis lagi tersedu
sedan.
“Jangan menangis burung bayan.Walaupun kau
tidak kelihatan bagus, tetapi kau tetap dipuji karena kebaikan hatimu. Karena
kau menangis terus, ngul… ngul…, mulai sekarang kau kuberi nama Ngulngul,” kata
pengetua hutan. Pengetua hutan juga berkata kepada burung taun, “Burung taun,
kau memang lebih bagus, tetapi karena kau penipu dan hanya mementingkan diri
sendiri, padamu kuberi nama Koak.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar